Senin, 02 September 2013
Kamis, 02 Mei 2013
Paralel Transformator
Untuk melayani beban listrik yang besar, sering tidak cukup jika kita hanya menggunakan 1 buah
transformator.
Solusi yang dipakai adalah dengan kerja
bareng (paralel) beberapa buah trafo. Untuk keperluan ini ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi.
Percobaan Short circuit ( Hubung Singkat ) Transformator
Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang
berfungsi untuk memindahkan dan mengubah
daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya,dengan
frekuensi yang sama dan perbandingan transformasi tertentu melalui suatu
gandengan magnet dan bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis, dimana
perbandingan tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder berbanding lurus
dengan perbandingan jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan perbandingan
arusnya.
Dalam bidang teknik listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi:
1. Transformator daya
2. Transformator distribusi
3. Transformator pengukuran; yang terdiri dari transformator arus dan
transformator tegangan.
CERPEN: Istriku Bersuami Iblis
Dengan
atau tanpa sebatang rokok yang aku hisap ini, aku tetaplah merasa sepi.Hujan
pertama setelah kemarau panjang membuat tanah di halaman berbau khas.Kunikmati
tiap jatuhnya air hujan ini sambil duduk di kursi yang biasanya kutempati
bersanding dengan Halla,istriku.Istriku yang selalu bersedia mengadukkan
secangkir kopi,mengambilkan asbak atau hanya sekedar mendengarkan cerita
tentang dunia kerjaku. Sore ini terasa berbeda dimana kopiku terlalu manis
karena kubuat sendiri. Aku menggunakan bekas bungkus rokok ku sebagai asbak
pengganti. Kursi disampingku juga kosong,tempat yang biasanya diisi oleh
sesosok wanita pendamping hidupku punya alasan tersendiri.
Kepenulisan Ilmiah Mahasiswa
Perguruan
tinggi atau universitas sering dianggap hanya tempat menimba ilmu lanjutan demi
mendapat pekerjaan yang lebih baik kelak. Anggapan ini boleh dibilang salah, karena
sebenarnya setelah menyelesaikan jenjang perkuliahan mahasiswa dituntut untuk mengabdikan
ilmu yang telah dipelajari ke masyarakat. Ilmu tersebut bukan hanya pengetahuan
akademik .Selain pengetahuan akademik, lulusan perguruan tinggi juga dituntut
untuk memiliki kemampuan berpikir, kemampuan berkomunikasi dan juga kemampuan
manajemen.Apabila semua kemampuan tadi dimiliki oleh setiap lulusan perguruan
tinggi maka dapat dipastikan, mahasiswa sebagai Agents Of Change akan
tercapai.
Penjelasan Mikrokontroller
1.1
Apa itu
Mikrokontroler?
Komputer
hadir dalam kehidupan manusia baru 50 tahun terakhir, namun efeknya sangat
besar dalam mengubah kehidupan manusia, bahkan melebihi penemuan manusia
lainnya seperti radio, telepon, automobil, dan televisi.
Bahasa C
Bahasa
C luas digunakan untuk pemrograman berbagai jenis perangkat, termasuk
mikrokontroler. Bahasa ini sudah merupakan high level language, dimana
memudahkan programmer menuangkan algoritmanya.
Pengendali Motor Listrik Menggunakan Gerbang Gate dan Pengaturan Putaran Menggunakan Resistor Variabel
Secara
umum Thyristor atau SCR mempunyai ciri-ciri atau sifat:
1. Thyristor atau SCR tidak akan
bekerja, bilagetarnya tidak disulut atau diberi arus positipdari sumber
tegangan.
2. Kerja Thyristor atau SCR
dengan mengatur sudutpenyelikannya atau arus gatenya.
3. Thyristor atau SCR dapat
bekerja sebagai saklaratau penyearah.
4. Thyristor atau SCR akan mati
bila tegangananoda-katoda dilepas.
SISTEM
PENGENDALI MOTOR-MOTOR LISTRIK DENGAN SCR (SILICON CONTROLLED RECTIFIER)
Dalam
rangkaian tersebut tegangan AC digunakan sebagai tegangan anodakatoda padaThyristor
atau SCR.
Pengganda Tegangan
Sebuah pengganda tegangan adalah sebuah sirkuit elektronik yang mengubah daya listrik AC
bertegangan rendah menjadi tegangan DC yang lebih
tinggi dengan menggunakan kondensator
dan diode
yang dirangkai menjadi jaringan tertentu Pengganda tegangan dapat digunakan
sebagai panjar
tegangan dari beberapa milivolt hingga jutaan volt
seperti untuk kepentingan penelitian fisika energi tinggi dan pengetesan
keamanan terhadap petir. Pengganda tegangan yang paling umum adalah pengganda deret
separuh gelombang, atau dikenal dengan aliran Villard
(sebenarnya ditemukan oleh Heinrich Greinacher).
Cara kerja
Dengan mengasumsikan bahwa tegangan
puncak dari sumber AC adalah +Us kita dapat menjelaskan cara kerja
dari pengganda yaitu:
- Puncak negatif (−Us):Kondensator C1 diisi muatan melalui diode D1 ke 0V (beda potensial di antara pelat-pelat kondensator adalah Us)
- Puncak positif (+Us):potensial pada kondensator C1 bertambah melalui sumber tegangan, dengan demikian mengisi kondensator C2 ke 2Us melalui diode D2
- Puncak negatif:Potensial pada kondensator C1 jatuh ke 0V, dengan demikian memungkinkan kondensator C3 untuk mengisi melalui diode D3 ke 2Us.
- Puncak positif:Potensial pada kondensator C1 mencapai 2Us (sama seperti langkah 2), juga mengisi kondensator C4 ke 2Us. Tegangan keluaran (jumlah dari tegangan pada kondensator C2 dan C4) mencapai 4Us.
Pada kenyataannya, diperlukan lebih
banyak langkah untuk kondensator C4 untuk mencapai tegangan penuh.
Penyearah Gelombang
DIODA BRIDGE
Diode bridge atau dikenal dengan jembatan dioda adalah
rangkaian yang digunakan untuk penyearah arus (rectifier) dari AC ke DC.
Pengukuran
A. Satuan dan Standar
Ilmu
pengukuran listrik merupakan bagian integral dari pada ilmu fisika. Kebanyakan
alat ukur yang digunakan sekarang pada prinsipnya sama dengan alat ukur
konvensional, tetapi sudah banyak mengalami perbaikan tentang ketelitiannya
Untuk menetapkan nilai dari beberapa besaran yang bisa diukur,
Jumat, 22 Maret 2013
Perkakas Tangan
Merupakan file powerpoint yang berisi tentang perkakas tangan dan juga cara menggunakannya.File diberikan saat matakuliah Teknologi Mekanik yang dibina oleh Drs., Dwi Prihanto, S.ST., M.T
unduh disini
unduh disini
Jumat, 22 Februari 2013
Konsep Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah
A. Pengertian
Penyesuaian Diri
Kemampuan penyesuaian diri yang
sehat terhadap lingkungan merupakan salah satu prasyarat yang penting bagi
terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan
tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam
menyesuaikan diri baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan maupun
masyarakat pada umumnya. Tidak sedikit orang-orang yang mengalami stress atau
depresi akibat kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi
lingkungan yang ada dan kompleks.
Makna keberhasilan pendidikan
seseorang terletak pada sejauh mana yang telah dipelajari itu dapat membantu
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungan kehidupannya.
Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari sekolah dan di luar
sekolah. Seseorang memiliki sejumlah kecakapan, minat, sikap, cita-cita, dan pandangan hidup.
Dengan pengalaman-pengalaman itu, secara berkesinambungan, ia dibentuk menjadi seorang pribadi
yang matang dan memiliki tanggung jawab sosial dan moral.
Kondisi fisik, mental, dan
emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan yang
kemungkinan akan berkembangan ke proses penyesuaian yang baik atau tidak baik.
Sejak lahir sampai meninggal, seseorang individu merupakan organis cme yang bergerak aktif
dan dinamis. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas-aktivitasnya yang
berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan
rohani.
Pengertian penyesuaian diri
(adaptasi) pada awalnya berasal dari pengertian yang didasarkan pada ilmu
biologi, yaitu dikemukakan
oleh Charles Darwin yang terkenal dengan teori evolusi. Ia mengatakan “genetic
changes can improve the ability of organisms to survive, reproduce, and in
animals, raise
offspring, this process is called adaptation”. Artinya tingkah laku manusia
dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan alamiah
lainnya. Semua makluk hidup secara alami telah dibekali beradaptasi dengan
keadaan lingkungan alam untuk bertahan hidup. Dalam istilah psikologi,
penyesuaian diri (adaptasi dalam istilah biologi) disebut dengan istilah
adjustment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri
dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991).
Dengan demikian, penyesuaian diri
merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku
individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai berikut.
a. Penyesuaian
diri berarti adaptasi dapat dipertahankan eksistensi, atau bisa “survive” dan
memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan relasi yang
memuaskan dengan
tuntutan lingkungan sosial.
b. Penyesuaian
diri dapat pula diartikan sebagai konformitas yang berarti menyesuaikan sesuatu
dengan standar atau prinsip
yang berlaku umum.
c. Penyesuaian
diri dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat
rencana dan juga mengordinasir respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi secara
efektif. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang
adekuat atau memenuhi syarat.
d. Penyesuaian
diri dapat diartikan
sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosiaonal berarti
memiliki respons emosional yang sehat dan tepat pada setiap persoalan.
B. Karateristik
Penyesuaian Diri
Sesuai dengan
perkembangan fase remaja maka penyesuaian diri di kalangan remaja memiliki
karakteristik yang khas pula. Berikut ini bentuk karakteristik penyesuaian diri
remaja :
1) Penyesuaian Diri Remaja terhadap Peran dan Identitasnya
Pesatnya
perkembangan fisik dan psikis, seringkali menyebabkan remaja mengalami krisis
peran dan identitas. Sesungguhnya, remaja senantiasa berjuang agar dapat
memainkan perannya agar sesuai dengan perkembangan masa peralihannya dari masa
anak – anak menjadi dewasa. Tujuannya untuk menemukan identitasnya dalam
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
2) Penyesuaian Diri Remaja terhadap Pendidikan
Krisis
identitas yang dialami oleh remaja seringkali menimbulkan kendala dalam
penyesuaian diri terhadap kegiatan belajarnya. Pada umumnya remaja mengetahui
jika ingin menjadi sukses harus belajar yang rajin, namun dalam upayanya
mencari identitasnya para remaja seringkali mencari kegiatan yang bersifat
diluar belajar. Tidak jarang remaja ingin sukses dalam pendidikan tetapi dengan
cara yang mudah tanpa belajar.
3) Penyesuaian Diri Remaja terhadap Seks
Secara fisik
remaja mengalami kematangan pertumbuhan fungsi seksual, sehingga dorongan
seksualnya juga kuat. Artinya, remaja perlu menyesuaikan dirinya untuk bisa mengendalikan
hasrat seksualnya, dalam batas nilai – nilai moral masyarakat dan agama.
4) Penyesuaian Diri Remaja terhadap Norma Sosial
Dalam
kehidupan bermasyarakat, tentunya memiliki aturan – aturan yang harus dijunjung
tinggi mengenai baik atau buruk, benar atau salah, boleh atau tidak boleh
dilakukan dalam bentuk norma – norma, hukum, nilai moral, sopan santun maupun
adat istiadat. Berbagai bentuk aturan kelomopok masyarakat belum tentu bisa
diterima oleh remaja saat ini. Dalam konteks ini penyesuaian diri remaja
terhadap norma sosial adalah menginteraksikan antara dorongan untuk bertindak
bebas, dengan tuntutan norma sosial pada masyarakat.
5) Penyesuaian Diri Remaja terhadap Penggunaan Waktu Luang
Waktu luang
remaja merupakan kesempatan untuk memenuhi dorongan bertindak bebas. Namun
disisi lain, remaja dituntut agar dapat menggunakan waktu luang untuk kegiatan
yang bermanfaat. Jadi upaya penyesuaian diri remaja adalah melakukan
penyesuaian antara dorongan kebebasan serta inisiatif dan kreativitas dengan
kegiatan yang bermanfaat. Dengan demikian penggunaan waktu luang akan menunjang
diri dan manfaat sosial.
6) Penyesuaian Diri Remaja terhadap Penggunaan Uang
Dalam
kehidupannya remaja juga berupaya menemui dorongan sosial lain yang memerlukan
dukungan finansial. Karena remaja belum mampu memperoleh penghasilan sendiri,
dengan adanya rangsangan, tantangan, tawaran maupun kesempatan seringkali
mengakibatkan jatah uang yang diterima dari orang tua dianggap kurang. Jadi,
perjuangan penyesuaian diri remaja adalah berusaha untuk mampu bertindak
proposional dalam memenuhi kebutuhan sosial.
7) Penyesuaian Diri Remaja terhadap Kecemasan, Konflik dan
Frustasi
Karena
dinamika perkembangan yang sangat dinamis, remaja seringkali dihadapkan pada
kecemasan, konflik dan frustasi. Strategi penyesuaian diri dalam hal ini
biasanya malalui suatu mekanisme oleh Sigmund Freud (Corey, 1989) disebut
dengan mekanisme pertahanan diri seperti kompensasi, rasionalisasi, sublimasi,
identifikasi, regresi, fiksasi.
Dalam kenyataan, tidak selamanya individu
akan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri. Hal itu disebabkan adanya
rintangan atau hambatan tertentu yang menyebabkan ia tidak mampu melakukan
penyesuaian diri secara optimal. Rintangan-rintangan tersebut, ada
individu-individu yang mampu melakukan penyesuian diri secara positif, tetapi
ada pula yang melakukan penyesuaian diri secara tidak tepat.
Untuk
lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan karakteristik penyesuaian diri yang
positif dan penyesuaian diri yang salah.
1. Penyesuaian
Diri yang Positif
Diantaranya ditandai hal-hal sebagai
berikut:
a. Tidak
menunjukan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.
b. Tidak
menunjukan adanya mekanisme pertahankan yang salah.
c. Tidak
menunjukan adanya frustasi pribadi.
d. Memiliki
pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri.
e. Mampu
belajar dari pengalaman
f. Bersikap
realisktik dan objektif
Dalam penyesuaian diri secara
positif, individu akan melakukan berbagai bentuk berikut ini.
a.
Penyesuian diri
dalam menghadapi masalah secara langsung
Dalam situasi ini, individu secara
langsung menghadapi masalah dengan segala akibat. Ia akan melakukan tindakan
yang sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Misalnya seorang remaja yang hamil
sebelum menikah akan menghadapinya secara langsung dan berusaha mengemukakan
segala alasan kepada orangtuanya.
b.
Penyesuian diri
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
Dalam situasi ini, individu mencari
berbagai pengalaman untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalahnya.
Misalnya, seorang siswa yang merasa
kurang mampu dalam mengerjakan tugas membuat makalah akan mencari bahan dalam
upaya menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi, diskusi, dan
sebagainya.
c.
Penyesuaian diri
dengan trial and error
Dalam cara ini, individu melakukan
tindakan coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak
diteruskan. Misalnya, seorang pengusaha mengadakan spekulasi untuk meningkatkan
usahanya.
d.
Penyesuaian diri
dengan subsitusi (mencari pengganti)
Apabila individu merasa gagal dalam
menghadapi masalah, ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari
pengganti. Misalnya, gagal berpacaran secara fisik, ia akan mencari pacar penggati yang sesuai dengan yang ia
inginkan.
e.
Penyesuaian diri
dengan belajar
Dengan belajar, individu dapat
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk membantu
penyesuaian dirinya. Misalnya, seorang guru akan berusaha belajar tentang
berbagai ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan profesionalismenya.
f.
Penyesuaian diri
dengan pengendalian diri
Penyesuaian diri akan lebih efektif
jika disertai oleh pengetahuan
memilih tindakan yang tepat serta pengendalian diri yang tepat pula. Dalam
situasi ini, individu akan berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan
dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan.Cara inilah yang disebut inhibisi.
g.
Penyesuian diri
dengan perencanaan
yang cermat
Dalam hal ini, sikap dan tindakan
yang dilakukan merupakan keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang
cermat dan matang. Keputusan diambil
setelah dipertimbangakan dari berbagai segi, seperti untung dan ruginya.
2. Penyesuaian
diri yang salah
Kegagalan dalam melakukan
penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan
penyesuaian yang salah. Penyesuaian
diri yang salah ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang serba salah, tidak
terarah, emosional, sikap yang tidak
realistik, membabi buta, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam
penyesuaian yang salah, yaitu rekasi bertahan, reaksi menyerang, dan reaksi melarikan
diri.
a. Reaksi
bertahan (defence reaction)
Individu berusaha mempertahankan
dirinya dengan seolah-olah ia tidak menghadapi kegagalan, ia akan menunjukkan
dirinya tidak mengalami kesulitan. Adapun bentuk khusus dari reaksi ini yaitu:
1) Resionalisasi,
yaitu mencari cari alasan yang masuk akal untuk membenarkan tindakanya yang
salah.
2) Represi,
yaitu menekan perasaannya
yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar. Ia akan berusaha melupakan
perasaan atau pengalamannya yang kurang menyenangkan atau menyakitkan.
3) Proyeksi,
yaitu menyalahkan kegagalan dirinya pada pihak lain atau pihak ketiga untuk
mencari alasan yang bisa diterima. Misalnya, seorang siswa yang tidak lulus hal
itu disebabkan guru-gurunya membenci dirinya.
4) “Saur
Grapes” (anggur kecut) yaitu memutar balikkan
fakta atau kenyataan. Misalnya, seorang remaja yang gagal menulis sms
mengatakan bahwa handphonenya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa menggunakan
HP.
b. Reaksi
menyerang (Aggrresive
Action)
Individu yang salah akan menunjukkan
sikap dan perilaku yang bermanfaat menyerang atau konfrontasi untuk menutupi
kekurangan atau kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya atau tidak
mau menerima kenyataan. Reaksi-reaksinya, antara lain:
1) Selalu
membenarkan diri sendiri,
2) Selalu
ingin berkuasa dalam setiap situasi,
3) Merasa
senang bila mengganggu orang lain,
4) Suka
menggertak, baik dengan ucapan maupun perbuatan,
5) Menunjukan
sikap permusuhan secara terbuka,
6) Bersikap
menyerang dan merusak,
7) Keras
kepala dalam sikap dan perbuatannya,
8) Suka
bersikap balas dendam,
9) Memperkosa hak orang lain,
10)
Tindakannya suka
serampangan, dan sebagainya.
11)
Marah secara
sadis
c. Reaksi
melarikan diri (escape reaction)
Dalam reaksi ini, individu akan
melarikan diri dari situasi yang menimbulkan konflik atau kegagalannya. Reaksinya
tampak sebagai berikut:
1) Suka
berfantasi untuk memuaskan keinginan yang tidak tercapai dengan bentuk
angan-angan (seolah-olah
sudah tercapai)
2) Banyak
tidur, suka minuman keras, bunuh diri, atau menjadi pecandu narkoba,
3) Regresi,
yaitu kembali pada tingkah laku kekanak-kanakan. Misalnya, orang dewasa yang
bersikap dan berperilaku seperti anak kecil.
3. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Proses Penyesuaian Diri.
Menurut Schneiders
(1984), setidaknya ada lima faktor yang dapat memengaruhi proses penyesuaian
diri remaja, yaitu:
1.
kondisi fisik
2.
kepribadian
3.
proses belajar
4.
lingkungan
5.
agama dan budaya
Proses penyesuaian diri
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri,
baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor itu dapat dikelompokkan sebagai
berikut.
a. Faktor
Fisiologis
Kondisi fisik, seperti
struktur fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek
perkembangannya secara instrinsik berkaitan erat dengan susunan tubuh. Shekdon
mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara tipe-tipe bentuk
tubuh dan tipe-tipe temperamen (Moh. Surya, 1977). Misalnya orang yang
tergolong ektomorf, yaitu ototnya lemah atau tubuhnya rapuh, ditandai oleh
sifat-sifat segan dalam melakukan aktivitas sosial, pemalu, pemurung, dan
sebagainya.
Karena struktur
jasmaniah merupakan kondisi yang primer bagi tingkah laku, dapat diperkirakan
bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi
proses penyesuaian diri.
Kesehatan dan penyakit
jasmaniah juga berpengaruh terhadap penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri
yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya. Gangguan penyakit yang kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan
diri, perasaan rendah diri, rasa ketergantungan, perasaan ingin dikasihi, dan
sebagainya.
b. Faktor
Psikologis
Banyak faktor
psikologis yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri seperti pengalaman,
hasil belajar, kebutuhan-kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dan
sebagainya.
1) Faktor
pengalaman
Tidak semua pengalaman
mempunyai makna dalam penyesuaian diri. Pengalaman yang mempunyai arti dalam
penyesuian diri, terutama pengalaman yang menyenangkan atau pengalaman
traumatik (menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan, seperti memperoleh
hadiah dari suatu kegiatan cenderung
akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya, pengalaman yang
traumatik akan menimbulkan penyesuaian diri yang keliru.
2) Faktor
belajar
Proses belajar
merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri. Hal ini karena
melalui belajar, pola-pola respon yang membentuk kepribadian akan berkembang.
Sebagian besar respon dan ciri-ciri kepribadian lebih banyak diperoleh dari
proses belajar daripada diperoleh secara diwariskan. Dalam
proses penyesuaian diri,belajar merupakan suatu proses modifikasi tingkah laku
sejak fase fase awal dan berlangsung terus sepanjang hayat dan diperkuat dengan
kematangan.
3) Determinasi
diri
Proses penyesuaian
diri, disamping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas, terdapat faktor
kekuatan yang mendorong untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi dan atau
merusak diri. Determinasi diri mempunyai
fungsi penting dalam proses penyesuaian diri, karena berperan dalam
pengendalian arah dan pola penyesuaian diri.
4) Faktor
konflik
Pengaruh konflik
terhadap perilaku tergantung pada sikap konflik itu sendiri. Ada pandangan
bahwa semua konflik bersifat mengganggu atau merugikan. Sebenarnya, beberapa
konflik dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan dan penyesuaian
diri. Misalnya, seorang anak dengan orang tuanya yang
berbeda pendapat tentang waktu belajar. Anak tersebut berpendapat bahwa waktu
belajar hanya dilakukan saat di sekolah saja, akan tetapi orang tua anak
tersebut berpendapat bahwa belajar juga dilaksanakan di rumah demi memahami
materi yang akan diajarkan dan sudah diajarkan. Anak tersebut tidak akan
mengetahui keuntungan dari melaksanakan pendapat orang tuanya setelah menerima
nilai raport yang jelek di akhir semester karena tidak belajar di rumah setiap
harinya. Maka dari hasil raport tersebut anak akan bisa lebih bisa membagi
waktu dan menuruti orangtua.
c. Faktor
perkembangan dan kematangan
Dalam proses
pengembangan, respon berkembang dari respon yang bersifat instinktif menjadi
respon yang bersikap hasil belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia
perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya diperoleh proses belajar, tetapi juga
perbuatan individu telah matang untuk melakukan respons dan ini menentukan pola penyesuaian
dirinya.
Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang
di capai individu yang berbeda-beda, sehingga pola-pola penyesuaian juga akan
bervariasi sesuai tingkat perkembangan
dan kematangan yang
dicapainya. Selain itu, hubungan antara
penyesuaian dan perkembangan dapat berbeda-beda menurut jenis aspek
perkembangan dan kematangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan dan
kematangan memengaruhi tiap aspek kepribadian individu, seperti emosional, sosial,
moral, keagamaan, dan intelektual.
d. Faktor
lingkungan
Berbagai lingkungan,
seperti keluarga, sekolah dan masyarakat, kebudayaan, dan agama berpengaruh
kuat terhadap diri seseorang.
1) Pengaruh
lingkungan keluarga
Dari sekian banyak
faktor yang mengkondisikan
penyesuaian diri, faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat
penting. Karena keluarga merupakan media sosialisasi bagi anak-anak proses
sosialisasi dan interaksi sosial yang pertama dan utama di jalani individu di lingkungan keluarganya.
Hasil sosialisasi tersebut kemudian dikembangakan di lingkungan sekolah dan
masyarakat umum.
2) Pengaruh
hubungan dengan orang tua
Pola hubungan orang tua
dan anak mempunyai pengaruh yang positif terhadap proses penyesuaian diri.
Beberapa pola hubungan yang dapat memengaruhi penyesuaian diri adalah sebagai
berikut.
· Menerima
(acceptance)
Orang tua menerima kehadiran anaknya
dengan cara-cara yang baik, sikap penerimaan ini dapat menimbulkan suasana
hangat, menyenangkan dan rasa aman bagi anak.
· Menghukum
dan disiplin yang berlebihan
Hubungan orang tua dengan anak bersifat
keras. Disiplin yang terlalu berlebihan dapat menimbulkan suasana psikologis
yang kurang menyenangkan bagi anak.
· Memanjakan
dan melindungi anak secara berlebihan
Perlindungan dan pemanjaan secara
berlebiahan dapat menimbulkan perasaan tidak aman, cemburu, rendah diri,
canggung, dan gejala-gejala yang lainya
· Penolakan
Orang tua menolak kehadiran. Beberapa
penelitaian menunjukan bahwa penolakan orang tua pada anaknya akan menimbulkan
hambatan dalam penyesuaian diri
3) Hubungan
saudara
Hubungan saudara yang
penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang, berpengaruh
terhadap penyesuaian diri yang lebih baik. Sebaliknya suasana permusuhan
perselisihan, iri hati,
kebencian, kekerasan, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan
anak dalam penyesuaian dirinya.
4) Lingkungan
masyarakat
Keadalaan lingkungan
masyarakat tempat individu berada menentukan proses dan pola-pola penyesuaian
diri. Hasil penelitian menunjukan
bahwa
gejala tingkah laku atau perilaku
menyimpang bersumber pada pengaruh keadaan lingkungan masyarakatnya pergaulan
yang salah dan terlalu bebas dikalangan remaja dapat memengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.
5) Lingkungan
sekolah
Lingkungan sekolah berperan sebagai
media sosialisasi, yaitu mempengaruhi
kehidupan intelektual, sosial dan moral anak-anak. Suasana sekolah baik sosial
maupun psikologis akan memengaruhi proses dan pola penyesuaian diri para
siswanya. Pendidikan yang diterima anak disekolah merupakan bekal bagi proses
penyesuaian diri mereka dilingkungan masyarakatnya.
e. Faktor
budaya dan agama
Proses penyesuaian diri anak, mulai
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor
kultur dan agama. Lingkungan kultural tempat individu berada dan berinteraksi
akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Misalnya, tata cara kehidupan di
masjid atau gereja akan memengaruhi cara anak menempatkan diri dengan masyarakat
sekitarnya.
Agama mamberikan suasana psikologis
tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga
memberikan suasana damai dan tenang pada anak. Ajaran agama ini merupakan
sumber nilai, norma, kepercayaan dan pola tingkah laku yang akan memberikan
tuntunan bagi arti, tujuan dan kestabilan hidup anak. Sembahyang dan berdoa
merupakan media menuju arah kehidupan
yang lebih nyaman, tenang, dan berarti bagi manusia. oleh karena itu, agama
memegang peranan penting dalam proses penyesuaian diri seseorang.
C. Proses
penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah proses
bagaimana individu mencapai keseimbangan diri untuk memenuhi kebutuhan sesuai
dengan lingkungan. Seperti kita ketahui
penyesuaian diri yang sempurna tidak akan pernah tercapai. Penyesuaian diri
lebih bersifat suatu proses psikologis sepanjang hayat (live long procces) dan
manusia terus menerus akan berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan
tantangan hidup, guna mencapai pribadi yang sehat.
Orang
akan dikatakan sukses
dalam melakukan penyesuaian diri jika ia akan mamenuhi kebutuhanya dengan
cara-cara yang wajar atau dapat dierima oleh lingkungan tanpa merugikan atau
mengganggu orang lain. Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih
oleh seorang tidak akan dicapai,
kecuali kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan
tergoncangan dan ketegangan jiwa.
Pada
dasarnya penyesuaian
diri melibatkan individu
dengan lingkunganya. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menciptakan
penyesuaian
diri yang cukup sehat bagi remaja adalah sebagai berikut.
1. Lingkungan
keluarga yang harmonis
Apabila dibesarkan dalam keluarga
yang harmonis yang didalamnya
terdapat
cinta kasih, respek telorensi, rasa aman, dan kehangatan, seorang anak akan
dapat melakukan penyesuaian diri secara sehat dan baik. Rasa dekat dengan
keluarga merupakan suatu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang anak
Lingkungan
keluarga juga meupakan lahan untuk mengambangakan berbagai kemampuan, yang
dipelajarainya melalui permainan, canda gurau, pengalaman sehari-hari dalam
keluarga. Dilingkungan keluarga, seorang anak belajar untuk tidak egaois. Ia
diharapkan dapat bebagi rasa dengan anggota kelurga yang lain dan belajar untuk
menghargai hak orang lain.
Dalam
interaksi dengan keluarganya, seorang anak juga mempelajari sejumlah adat dan
kebiasaan, seperti dalam hal makan, minum, berbicara, berpakaian , cara
berjalan, duduk dan sebagainya. Selain itu, dalam keluaraga masih banyak hal
lain yang berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang
sehat, seperti
rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan,
sikap telorensi, kerjasama, kehangatan, dan rasa aman yang semua hal itu sangat
berguan bagi penyesuaian diri di masa depanya.
2. Lingkungan
Teman Sebaya
Menjalin hubungan yang erat dan
harmonis dengan teman sebaya sangatlah penting pada masa remaja. Suatu hal yang
sulit bagi remaja adalah
menjauhkan diri dan
dijauhi oleh temanya. Remaja mencurahkan pada teman-temanya apa yang tersimpan
di hatinya, dari angan, pemikiran dan perasaan-perasannya. Ia mengungkapkan
pada teman sebayanya yang akrab
secara bebas dan terbuka tentang rencana, cita-cita, dan kesulitan-kesulitan
hidupnya.
Pengertian
dan saran-saran dari temanya akan membantu dirinya dalam menerima keadaan
dirinya serta memahami hal-hal yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain
dan keluarga orang
lain. Semakin ia mengerti dirinya, semakin meningkatkan keadaanya untuk
menerima dirinya, mengetahui kekuatan dan kelemahannya.
Ia akan menemukan cara penyesuaianya yang tepat sesuai dengan potensi yang
dimilikinya itu.
3. Lingkungan
sekolah.
Sekolah mempunyai tugas yang tidak
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, tetapi juga mencakup
tanggung jawab moral dan sosial
secara luas dan kompleks. Demikian pula guru, tugasnya tidak hanya mengajar
saja tetapi juga berperan sebagai pendidik, pembimbing, dan pelatih bagi
murid-muridnya. Pendidikan yang modern menuntut guru untuk mengamati
pengembangan penyesuaian diri murid-muridnya serta mampu menyusun sistem
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan tersebut.
D. Aspek-aspek
penyesuaian diri
pada dasarnya, penyesuaian diri
memiliki dua
aspek, yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.
1. Penyesuaian
pribadi
Penyesuaian diri adalah kemampuan
seseorang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara
dirinya dan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan
sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya,
apa kelebihan dan kekuranganya
dan mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dan potensi dirinya.
Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci
tidak adanya keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak percaya pada
potensi pada dirinya. Sebaliknya,
kegagalan penyesuaian
pribadi ditandai oleh kegoncangan dan emosi, kecemasan, ketidak puasan, dan
keluhan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah
antara kemampuan individu
dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.
Hal inilah yang menjadi sumber
terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga
untuk meredakannya
individu harus melakukan
penyesuaian diri.
2. Penyesuaian sosial
Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan
seseorang
untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan
terhadap kelompoknya pada khususnya. Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain yang terus menerus yang silih berganti. Dari proses tersebut, timbul pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hukum, adat istiadat, nilai, dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkungan hubungan social ditempat individu itu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hubungan dengan anggota keluarga, masyarakat sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum.
untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan
terhadap kelompoknya pada khususnya. Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain yang terus menerus yang silih berganti. Dari proses tersebut, timbul pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hukum, adat istiadat, nilai, dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkungan hubungan social ditempat individu itu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hubungan dengan anggota keluarga, masyarakat sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum.
EVALUASI
Latihan
Soal !
1. Jelaskan
pengertian dari penyesuaian diri !
2. Sebutkan
tanda-tanda penyesuian diri yang positif !
3. Faktor-faktor
apa sajakah yang dapat mempengaruhi penyesuian diri ?
4. Lingkungan
keluarga yang harmonis merupakan salah satu faktor yang dapat menciptakan
penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, mengapa demikian ?
5. Penyesuaian
diri memiliki dua aspek, sebutkan dan jelaskan!
Kunci
jawaban !
1. Penyesuian
diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah
perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi
lingkungannya.
2. a. Tidak menunjukkan adanya kegagalan
emosional yang berlebihan
b. Tidak
menunjukkan adanya mekanisme pertahanan yang salah
c. Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi
d. Mampu
belajar dari pengalaman. Dan lain sebagainya.
3. a.
Faktor fisiologis
b.
Faktor psikologis
c.
Faktor perkembangan dan kematanga
d.
Faktor lingkungan
e.
Faktor budaya dan agama
4. Karena
didalam lingkungan keluarga, seorang anak mempelajari dasar-dasar dari cara
bergaul dengan orang lain. Biasanya yang menjadi contoh atau acuan adalah orang
tua, tokoh pemimpin, atau seorang yang menjadi idolanya.
adalah kemampuan seseorang untuk
menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan
lingkungan sekitar.
b.
Penyesuaian Sosial
Dalam
kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain yang
terus menerus dan silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu kebudayaan
dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hokum, adat istiadat, nilai
dan norma sosial yang berlaku dalam amasyarakat.
DAFTAR
RUJUKAN
Depdikbud,
Dirjen Dikti PPIPT. 1982. Proses Penyesuaian Diri. Jakarta: Gunung
Agung.
Gerungan.
1987. Psikoogi Sosial. Bandung: PT Erasco.
Mampiere,
Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Martaniah,
Sri M. 1964. Peranan Orangtua dalam Perkembangan Kepribadian.
Yogyakarta: Jiwa Baru, 11/12 Th.XII.
Dosen
Pembina :Drs. Puger Honggowiyono., M.T
Langganan:
Postingan (Atom)