A. Satuan dan Standar
Ilmu
pengukuran listrik merupakan bagian integral dari pada ilmu fisika. Kebanyakan
alat ukur yang digunakan sekarang pada prinsipnya sama dengan alat ukur
konvensional, tetapi sudah banyak mengalami perbaikan tentang ketelitiannya
Untuk menetapkan nilai dari beberapa besaran yang bisa diukur,. harus
diketahui dulu nilai, jumlah dan satuannya. Jumlah biasanya ditulis dalam
bentuk angka-angka sedangkan satuannya menunjukkan besarannya. Pengertian tentang hal ini adalah penting dan harus
diketahui dan disetujui bersama oleh teknisi-teknisi antara bangsa-bangsa
karena dengan melihat macam satuannya maka dapat diketahui besaran pada alat
ukurnya. Untuk menetapkan sistrem satuan ini dibentuklah suatu komisi standar internasional.
Sistem
satuan yang pertama adalah C.G.S. (Centimeter, Gram, Second) sebagai dasar. Ada
dua sistem C.G.S. yang digunakan yaitu C.G.S. elektrostatis dan C.G.S.
elektrodinamis. Dalam pengukuran listrik yang banyak digunakan adalah yang
kedua.
1.
Sistem Satuan C.G.S. dan Satuan Praktis
Satuan-satuan praktis yang sering
digunakan dalam pengukuran-pengukuran besaran listrik adalah :
Arus
Listrik ( I ) = Ampere ( A )
Tegangan (
V ) = Volt ( V )
Tahanan (
R ) = Ohm ( W )
Daya Semu (
S ) = Voltampere ( VA)
Daya Nyata ( P
) = Watt ( W )
Daya
Reaktif (
Q ) = Voltampere reaktif ( VAR )
Induktansi (
L ) = Henry ( H )
Kapasitansi (
C ) = Farad ( F )
Muatan
Listrik (
Q ) = Coulomb ( C )
2.
Sistem Satuan M.K.S.
Tahun 1901
diusulkan sistem satuam Meter, Kilogram, Second (M.K.S.). Sistem ini merupakan
pengembangan sistem C.G.S. dimana panjang dalam meter, berat dalam kilogram dan
waktu dalam detik. Sehingga dalam sistem ini adalah sebagai berikut :
Luas =
m2
Volume = m3
Kecepatan = m/det
Gaya = newton
Kerja, Energi = joule
Daya = watt
Kuat arus = ampere
Tegangan = volt
B.
Alat Ukur
Secara umum alat ukur ada 2 type yaitu :
1. Absolute Instruments
Merupakan alat
ukur standar yang sering digunakan di laboratorium-laboratorium dan jarang
dijumpai dalam pemakaian di pasaran lagi pula alat ini tidak memerlukan
pengkalibrasian dan digunakan sebagai standar.
2. Secondary
Instruments
Merupakan alat
ukur dimana harga yang ditunjukkan karena adanya penyimpangan dari alat
penunjuknya dan ternyata dalam penunjukan ada penyimpangan maka alat ini harus
lebih dulu disesuaikan/dikalibrasi dengan membandingkan dengan absolute
instruments atau alat ukur yang telah lebih dulu disesuaikan.
Alat ukur dikelompokkan menjadi 2 yaitu
:
a.
Alat ukur analog – jarum
b.
Alat ukur digital – angka elektronik
Didalam pengukuran listrik selalu dijumpai
kesalahan-kesalahan hasil pengamatan. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena
sipengamat maupun oleh keadaan sekitarnya (suhu) atau dari alat ukur sendiri
yang membuat kesalahan. Kesalahan dari konstruksi alat sendiri besarnya
ditentukan oleh pabrik. Sebelum dibahas tentang kesalahan ini, maka perlu
diketahui beberapa istilah yang dalam pengukuran listrik adalah sebagai
berikut:
- Ketelitian (Accuracy) : angka yang menunjukkan pendekatan dengan harga yang
ditunjukkan sebenarnya dari pada besaran yang diukur
Contoh : Sebuah amperemeter menunjukkan arus
sebesar 10A sedangkan accuracy 1% maka kesalahan pengukurannya adalah 1% X 10A
= 0,1A sehingga harga sebenarnya dari hasil pengukurannya adalah (10 +
0,1)A.
- Presisi : kemampuan dari alat ukur dalam
pengukurannya, bila dalam pengukurannya. Bila dalam pengukurannya kesalahannya
kecil, maka presisinya tinggi, presisi ini hubungannya juga dengan accuracy.
- Sensitivitas : kemampuan alat ukur dengan input yang kecil
sudah didapat perubahan output yang besar atau penyimpangan jarum penunjuk yang
besar. Satuan sensitivitas: ohm/volt, secara umum sensitivitas ini hanya
terdapat pada alat ukur voltmeter dimana tahanan dalam dari voltmeter tersebut
besarnya adalah sensitivitas x dengan batas ukur
Voltmeter
-
Error (kesalahan)
a. Relative Error : merupakan perbandingan
antara besarnya kesalahan terhadap harga yang sebenarnya. Bila harga pembacaan
adalah M sedang harga sebenarnya adalah
T maka kesalahannya adalah [(M-T)/T]*100% yang dinyatakan dalam persentase,
besar kecilnya error menunjukkan presisi dari alat ukur.
b. Kesalahan
yang mungkin terjadi dalam pengukuran.
- Karena konstruksi yang besarnya ditentukan
oleh pabrik atau berdasarkan k elas alat ukur tersebut
- Karena pembacaan jarum penunjuk, disebabkan
karena jarum penunjuk kurang runcing, bayangan jarum penunjuk (kesalahan
paralax)
- Karena letak alat ukur, metode
pengukuran , temperatur , ketidakpastian rangkaian , kesalahan lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar